Catatan Tentang Car Free Day

Catatan Tere Liye Tentang Car Free Day

Hampir setiap kota di Indonesia punya car free day. Sungguh ini sebuah langkah spesial. Saat ada satu hari khusus sebuah jalan besar yang digunakan penduduk kota khusus di hari itu bebas berkumpul (biasanya hari Minggu, dan biasanya jalan paling strategis di kota tsb). Mobil-mobil tidak boleh lewat (namanya car free day). Maka warga bebas memanfaatkan jalan. Sebagian dari mereka berolahraga, keringatan, sehat. Sebagian lagi bersilaturahmi dalam banyak kegiatan, mulai dari senin, budaya, pertunjukan. Ini menyehatkan juga, yaitu, kesehatan jiwa. 

Kita butuh sekali ruang untuk menunjukkan sisi-sisi kemanusiaan kita. Dengan begitu, kehidupan manusia akan semakin serasi dan selaras. Saya sudah menyaksikan car free day di puluhan kota, mulai Jakarta, bahkan hingga luar Jawa sana (kebetulan acara-acara bedah buku, biasanya memang hari Minggu). Menyenangkan melihat anak-anak berlarian bebas di jalanan, menyaksikan ibu-ibu tua nan sepuh tetap semangat berolahraga. Ini adalah kegiatan milik bersama, kaya miskin, tua muda, pejabat atau orang biasa, semua sederajat di car free day. Meski akibatnya, Saya kadang harus menggunakan cara lain tiba di lokasi acara bedah buku karena mobil tidak boleh lewat.

Maka dengan demikian, bagus sekali saat ada Pergub (atau di tempat lain peraturan walikota) yang melarang total kegiatan politik di car free day. Kenapa? Karena memang tidak ada relevansinya politik dengan car free day? Ini acara senang-senang, bukan buat propaganda politik. Ayolah, cukup website media massa, media sosial saja yang dipenuhi kebencian, prasangka buruk, dll, tidak perlu ditambahi di car free day, saat anak-anak kita bebas berlarian.

Kita perlu ruang yang membuat tetangga saling mengenal, antar warga saling bersapa, yang bebas dari kepentingan politik. Boleh kalau ada perusahaan HP (misalnya) yang buka jasa perbaikan HP gratis. Perusahaan susu, membagikan minuman gratis. Itu masih oke, sepanjang mereka tidak membuka stand mengganggu masyarakat yg hendak ber-car free day. Tapi memasukkan unsur politik dalam car free day, sangat tidak oke. Belum lagi dengan panggung-panggung berukuran raksasa, atribut, simbol, bendera-bendera partai, itu amat tidak oke. Itu menganggu kegiatan murni car free day. Apapun bungkusnya, apapun pengemasannya, ini sudah jaman maju, orang-orang bisa tahu maksudnya.

Mari kita mulai menahan diri “memanfaatkan” apapun. Dan yang lebih mendesak lagi, mari kita konsisten menegakkan sebuah peraturan secara adil. Substansi selalu lebih penting dari sebuah kalimat-kalimat di media sosial, dsbgnya. Nah, kalau kita memang mau melakukan kegiatan politik, kan sudah ada koridornya. Demonstrasi misalnya, itu bisa minta ijin, mau seberapapun pesertanya, tinggal lapor. Mau buruh, pendukung bola, pendukung cukur rambut, semua boleh melakukan kegiatan politik-nya, tinggal penuhi peraturan yg ada. Demokrasi akan sia-sia saja ketika kita hanya bersedia mengatur, tapi tidak mau diatur.

- dikutip dari halaman facebook Tere Liye
SHARE

Author

Hi, Saya galihakmal, salah satu penggemar dan penikmat karya-karya Bang Tere. ' Bagi Teman-teman yang tidak terbiasa berfacebook ria, saya sudah buatkan blog yang tulisannya dikutip dari karya Bang Tere yang diposting melalui akun Facebooknya.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment