Catatan Tentang Tahun Baru


Boleh-boleh  saja merayakan tahun baru. Itu hak semua orang. Tapi juga boleh-boleh saja buat yang tidak merayakan. Itu juga hak semua orang. Yg mau merayakan silahkan, yg tidak juga silahkan. Saya tidak merayakan tahun baru. Maka karena tidak, saya mau menulis kenapa saya tidak merayakannya. Kenapa?


Catatan Tentang Tahun Baru


1. Itu bukan tradisi keluarga saya.
Saya dibesarkan di pedalaman sumatera. Di kampung saya dulu, kagak ada itu tahun baru. 1 Januari, sama saja dengan tanggal-tanggal lain. Tidak ada spesial-spesialnya. Apalagi dentum suara mercon, berisik suara kembang api, dll. Di kampung saya, yg ada hanya suara jangkrik malam-malam. Tidur nyenyak.

2. Saya malas begadang
Saya rata-rata tidur jam 10 malam. Lantas apa untungnya pula harus menunggu jam 12 malam? Meski itu cuma sekali setahun, saya malas melakukannya. Nonton bola saja saya malas begadang. Kalau pun nonton final Champions, biasanya tidur lebih dulu, baru bangun malamnya.  

3. Itu mubazir nan sia-sia 
Satu-satunya manfaat yg mungkin saya dapatkan jika merayakan tahun baru adalah: mungkin saya jadi hepi. Tapi setelah saya pikir-pikir, duuh, ngapain pula saya baru nyari hepi hanya di malam tahun baru? Dan ngapain pula harus nunggu jam 12 malam. Maafkan saya, setelah dipikir ujung ke ujung, saya tidak menemukan manfaat lain dari perayaan ulang tahun bagi saya secara personal. Belum lagi jika ada yg malah bablas, mabuk-mabukan, foya-foya, dll, dll. Itu malah merusak diri sendiri. saya tidak dapat uang dari merayakan tahun baru, malah membelanjakan uangnya. Termasuk menyaksikan matahari pagi 1 Januari. Duuh, saya tidak perlu menunggu 1 Januari untuk melihat sunrise. Bisa tanggal-tanggal lain, di tempat-tempat eksotis seluruh dunia.

4. Mahal
Malasnya liburan saat tahun baru adalah: semua serba mahal. Tiket pesawat mahal, hotel mahal, makan mahal. Biaya liburan di tahun baru bisa 4x lipat lebih mahal dibanding harga normal. Maka daripada budgetnya cuma dapat 2 hari pas tahun baru, mending dapat 8 hari pas hari biasa.

5. Sumpek. Ramai.
Berisik, sesak, susah kemana-kemana, macet, dll, juga adalah alasan lainnya. saya tidak bersedia menghabiskan waktu yg seharusnya buat hepi-hepi, eh malah jadi keki. 
Demikianlah. saya tidak merayakan tahun baru. Lebih baik cuma di rumah saja, bersama keluarga, sama seperti hari-hari lainnya. Kita tidak mengevaluasi hidup hanya 31 Desember saja. Ada banyak tanggal lain. Malam tahun baru itu sebenarnya simpel hanya “bisnis semata”. Pengusaha-pengusaha raksasa dunia sedemikian rupa habis-habisan membuatnya spesial, biar orang-orang mau mengeluarkan uang. Mereka panen pendapatan pas tahun baru, bisa 10x lipat dibanding hari biasa. Kita yg dipancing utk membelanjakan uangnya :)

- dikutip dari halaman Facebook Tere Liye


SHARE

Author

Hi, Saya galihakmal, salah satu penggemar dan penikmat karya-karya Bang Tere. ' Bagi Teman-teman yang tidak terbiasa berfacebook ria, saya sudah buatkan blog yang tulisannya dikutip dari karya Bang Tere yang diposting melalui akun Facebooknya.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment