foto : http://www.powerthoughtsmeditationclub.com/ |
Banyak orang mengira, kita jadi kuat saat memegang kokoh sesuatu. Tidak. Orang yang memang kuat, dia selalu mampu tulus melepaskan. Kesempatan. Harapan. Cita-cita. Atau bahkan seseorang. Tidak selalu tentang seberapa kuat kita menggenggamnya, melainkan seberapa siap kita suatu saat melepaskannya.
Banyak orang menyangka, kita jadi kuat saat dalam posisi berkuasa, sukses dan berhasil. Tidak. Kita justeru membuktikan segalanya, saat dalam posisi terjatuh, gagal, dan dilupakan. Tentu saja orang akan kuat saat berada di puncak, tapi pertanyaan besarnya, apakah dia masih kokoh saat kehidupan memukulnya tersungkur di dasarnya.
Banyak orang menilai, kita kuat karena fisik, badan besar, materi berlimpah, dan semua ukuran terlihat lainnya. Tidak. Kekuatan terbesar justeru ada di pikiran kita. Itulah kenapa, seseorang boleh jadi fisiknya ringkih, tapi kuat sekali pengaruhnya. Seseorang boleh jadi terpenjara, tapi kuat dan jauh sekali gaung suaranya. Kita selalu bisa menyakiti fisik orang lain, tapi yang tersimpan di pikiran, tidak tersentuh.
Banyak orang memahami, pujian, sanjungan, akan membuat seseorang lebih kuat. Duuh, keliru sekali. Karena sejatinya, cacian, hinaan, perkataan menyakitkan orang lain justeru menempa kekuatan seseorang. Bukan hal manis-manis yang membuat kita kuat, melainkan obat pahit, sepahit-pahitnya. Bukan jalan mulus, lurus dan mudah yang membuat kita tangguh, melainkan jalanan berduri, terjal dan penuh rintangan.
Kehidupan selalu melahirkan orang-orang kuat. Dan semoga itu termasuk kita salah-satunya.
- dikutip dari halaman Facebook Tere Liye
0 comments:
Post a Comment