Untuk jadi sarjana ekonomi atau insinyur, kita butuh 6 tahun SD, 3 tahun SMP, 3 tahun SMA, 4 tahun kuliah, dapat gelar sarjananya.
Untuk jadi apoteker, akuntan, psikolog, dokter dan gelar profesi lain, kita tambah lagi 2 tahun sekolah profesi, pengabdian, dsbgnya.
Tetapi untuk menjadi ibu rumah tangga? Dikumpulkan seluruh pendidikan tersebut, ditambah lagi bertahun-tahun, bertahun-tahun, bertahun-tahun kemudian, tetap tidak akan cukup untuk bisa memastikan seseorang berhak menyandang: ibu rumah tangga terbaik. Karena panjang dan pentingnya proses pendidikan ibu rumah tangga.
Nah, kalau semua orang ingin sekolah tinggi-tinggi demi gelar, profesi, pekerjaan, dan sebagainya, maka ajaib sekali, kenapa orang-orang begitu menyepelekan pendidikan super tinggi untuk menjadi ibu rumah tangga? Padahal memiliki anak yang berakhlak baik, keluarga yang bahagia, jauh lebih penting dibandingkan kesuksesan karier dan sebagainya.
Berikan pendidikan kepada anak-anak perempuan kita setinggi mungkin, agar kelak saat menjadi Ibu, sungguh berguna semua ilmunya. Satu Ibu yang baik, akan melahirkan satu keluarga yang baik. Satu generasi Ibu yang baik, maka akan datanglah penerus yang dijanjikan.
----------------------------------------------------------------
Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anak. Bagaimana seorang Ibu bisa menjadi madrasah yang baik jika pengetahuan tentang kehidupan dan untuk mengasuh atau mendidik anak sangat kurang?
Orang jaman dulu mengatakan, bahwa untuk apa anak perempuan itu sekolah tinggi-tinggi, toh nanti cuma akan masuk dapur juga. Memangnya perempuan cuma urusan dapur?
Pepatah jawa bilang, kalau wanita itu, macak, masak, dan manak. Berdandan untuk suami, di dapur mengelola rumah tangga, dan mendidik anak dengan baik. Sudah jelas itu perlu pengetahuan dan ketrampilan. Masih saja bilang kalau wanita tidak perlu sekolah??? Seperti apa nantinya rumah tangga yang dia kelola?
0 comments:
Post a Comment